Account officer keuangan mikro gagal menjadi pelayan yang baik bagi sasarannya bukan karena mereka bodoh tapi lebih karena lembaganya yang gagal mendidiknya (@ahmadsubagyo.com)
Background wisdom12
Kita menyaksikan unit-unit mikro berbagai lembaga keuangan, terutama Bank Umum gagal menjalankan produk mikro-nya. Sebut saja, Unit mikro-nya Bank Danamon atau kita kenal dengan Danamon Simpan Pinjam (DSP), Bank Mandiri yang mencoba masuk ke usaha mikro dengan Unit Mikro Mandiri-nya juga nyaris tak terdengar, Bank CIMB dengan Laju Mikronya juga portofolionya makin mengecil, BTPN dengan Mitra Usaha Rakyat-MUR-nya juga tak bertumbuh signifikan. Sebahagian besar terjadi bukan karena para petugas kreditnya yang “bodoh” dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik, tapi lebih karena salah didik dan salah asuh. Tapi mengapa BRI unit terus bertumbuh dan makin masuk ke dalam (outreach dan depth)-nya makin luas?
Usaha mikro dan pengusaha mikro, memiliki karakteristik yang berbeda dengan usaha menengah dan besar.
Mindset dan paradigma yang di-bangun tanpa filosofi dan akar yang kuat. Cara mendidik dan nilai-nilai yang ditanamkan kepada AO tidak mengambil fisolofi akar rumput.
Sebahagian besar Bank Umum mendidik AO-nya seperti mereka mendidik AO untuk kredit komersial, nilai-nilai partnership, friendhsip, mentor, dan inklusivisme tidak tertanamkan kepada AO mereka. Sehingga transaksi hanya sebatas “bisnis”, selebihnya tidak ada. Social function terlepaskan dalam fitur produk yang mereka bangun.
Maka, siapa pun pelaku keuangan mikro, Bank Umum/BPR/Koperasi atau LKM sekalipun yang melepaskan social function dalam fitur produk mikronya dan gagal membangun karakter para petugas-nya, nasibnya akan sama dengan DSP dan unit mikro lainnya.Oleh Dr. Ahmad Subagyo, MM
0 Comments