Spread the love

Background

    SEJARAH BERDIRINYA IMFEA

     

    Tahun 2006, ketika Muhammad Yunus meraih Nobel Perdamaian atas prestasinya yang menggagas berdirinya Grameen Bank di Bangladesh sebagai sebuah praktek keuangan mikro dunia yang dinilai berhasil memberikan dampak ekonomi dan sosial yang besar, baik di negaranya maupun dunia mampu menginspirasi Masyarakat dunia untuk mempraktekkan keuangan mikro di negara-nya. Indonesia sebenarnya tidak kekurangan pengalaman dalam mempraktekkan keuangan mikro, namun dari sisi kelembagaan hanya Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang di nilai berhasil dalam menjalankan praktek keuangan mikro secara komersial.

    Pada tahun yang sama, Asean Development Bank (ADB) juga membentuk MICROFINANCE TASK FORCE untuk melakukan akselerasi keuangan mikro, terutama di wilayah Asia. Salah satu lokasi yang menjadi pilot project implementasinya adalah di Provinsi Aceh (NAD), kebetulan saat itu baru saja tertimpa musibah Tsunami, sehingga ada program restrukturisasi dan rehabilitasi kondisi ekonomi dan sosial di Aceh. Salah satu program penerapan keuangan mikro di Aceh antara lain Pilot Grassroot and Commercial Microfinance yang biayai melalui Grant ADB dengan mengajak mitra Lembaga keuangan local, antara lain Bank BPD Aceh, PT.PNM., Koperasi Mitra Dhuafa (Komida), dan BPRS. Dalam kegiatan ini ada beberapa konsultan aktif mendampingi mitra proyek antara lain, Ahmad Subagyo (Micra), Ahmad Hermanto (Madep), Budi Purnomo (Pinbuk), Sugeng Priyono (Yamida), Muslim Djalil (AISMIF-Unsyiah) kegiatan berlangsung dari tahun 2006 sampai 2010.

    Tahun 2011-2012 di Bank Dunia ada kegiatan survey tentang supply and demand side keuangan syariah di Indonesia. Beberapa tenaga ahli dan peneliti terlibat dalam kegiatan survey ini, antara lain Rini Radikun, Ellis Takari, Nining, Andriyani, Muhammad Zen, Enny Gusniarti, dan lainnya. Kegiatan ini berjalan lancar dan dilanjutkan dengan studi koperasi dari tahun 2013-2016. Dalam studi koperasi ini anggota team yang terlibat semakin banyak, antara lain Caroline Kartini Mangowal, Dewi Meisari, Heira Herdiyati, Ade Terminanto, Ilham Nasai, Martino Wibowo, Mirwan dan lainnya. Dalam kegiatan ini tim peneliti memiliki mitra Kementerian dan Kelembagaan (K/L), antara lain Bappenas, Kemenkop UKM, OJK dan Kemenkeu. Nama-Nama pimpinan di beberapa Lembaga mitra Bank Dunia, antara lain Teguh Sambodo (Bappenas), Ahmad Dading (Bappenas), Roberto Akyuwen (OJK), Daniel Asnur (Kemenkop), Ediyanto (Kemenkop), dan lainnya. Beberapa Team Leader di Bank Dunia antara lain Djauhari J Sitorus, Teuku Safriza, Neni Lestari dan lainnya.

    Kegiatan pamungkas Bersama Bank Dunia dilakukan di Malaysia dalam MICROFINANCE SUMMIT 2017. Bapak Djauhari Sitorus mengundang rekan-rekan Tim ke Malaysia. Dalam acara tersebut hadir sekitar 20 orang perwakilan dari Indonesia, antara lain Ahmad Subagyo, Ilham Nasai, Aslichan Burhan, Ellis Takari, Nining Susilo, Hasina, Rinda Asytuti, Susan Nuryani, Rini Radikun, dan lainnya.

    Dalam kesempatan tersebut, tim yang hadir dari Indonesia mendeklarasikan berdirinya Indonesia Microfinance Expert Association (IMFEA) bertepatan pada tanggal 20 Mei 2017 di Kuala Lumpur. Sepulang dari Kuala Lumpur tim kecil berkoordinasi dan Menyusun Anggaran Dasar organisasi perkumpulan IMFEA dan didaftarkan ke Kemenkumham yang terbit SK-nya pada tanggal 26 Juni 2017. Untuk pertama kalinya pengurus memilih dan mengangkat Dr.Ahmad Subagyo (Ketua), Dr. Bagus Aryo (Sekjen), dan Ellis Takari, SH.M.Psi. (Bendahara). Kelengkapan organ lainnya, antara lain: (1) Dewi Meisari (kadiv diklat), (2) Ratna Dewi (Kadiv Riset Advokasi), (3) Sekti Widihartanto (kadiv Kerjasama). Di Jajaran Pembina, antara lain (1) Dr. Noer Sutrisno (Ketua), (2) Dr. Roberto Akyuwen (anggota), (3) Djauhari Sitorus (anggota), (4) Teguh Sambodo (anggota), (5) Teuku Safriza (anggota), (6) Burhanuddin Abdullah (anggota), (7) Andi Arslan Djunaid (Anggota).

    Para pendiri memiliki kesamaan pandangan dalam memperjuangkan Masyarakat berpenghasilan rendah (miskin) melalui instrument keuangan mikro. Peningkatan pendapatan Masyarakat akan dapat di dorong jika Masyarakat aktif berproduksi baik melakukan aktivitas jasa maupun menghasilkan barang (komoditas). Peningkatan produktifitas akan tumbuh jika disertai dengan peningkatan permodalan agar skala ekonomi dapat di capai dan ada kenaikan kelas dari mikro ke kecil, dari kecil ke menengah dan dari menengah ke besar. Pelaku keuangan mikro terbanyak saat ini adalah Koperasi, terutama Koperasi Simpan pinjam (KSP/KSPPS), namun skala layanan produk keuangan mikro terbesar dan terluas dari produk mikro perbankan dan Lembaga keuangan lainnya. Dalam konteks inilah IMFEA memulai kerja advokasinya, studi dan pendampingan terhadap pemangku kepentingan agar Masyarakat berpenghasilan rendah dapat dijangkau melalui literasi maupun inklusi keuangan.