Mengapa Rumah Layak Huni Kini Jadi Isu yang Tak Bisa Ditunda?
Oleh: Prof. Dr. Ahmad Subagyo

Bayangkan, di tengah gegap gempita pembangunan, masih ada jutaan keluarga Indonesia yang setiap malam tidur dalam hunian seadanya atap bocor, dinding rapuh, dan fasilitas dasar yang jauh dari kata layak. Backlog perumahan nasional sudah menembus angka 15 juta unit pada 2025, melonjak drastis dari tahun-tahun sebelumnya. Ini bukan hanya angka statistik. Ini adalah potret nyata ketimpangan dan tantangan hidup di negeri sendiri.
Masalah ini tidak hanya melanda kota-kota besar. Di pelosok negeri, akses terhadap rumah layak dan infrastruktur dasar seperti air bersih, listrik, dan sanitasi masih menjadi kemewahan yang sulit dijangkau. Urbanisasi dan pertumbuhan penduduk yang pesat memperparah situasi, sementara harga tanah dan material bangunan terus meroket, menutup peluang masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk memiliki rumah impian mereka.
Pemerintah Bergerak: Tiga Juta Rumah per Tahun, Mungkinkah?
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan pembangunan rumah layak huni sebagai program unggulan dalam Asta Cita. Targetnya? Tiga juta rumah per tahun, atau 15 juta rumah dalam satu periode pemerintahan. Program ini bukan sekadar janji politik, melainkan langkah nyata untuk menekan angka kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan mengejar target SDGs, khususnya SDG 11 tentang kota dan permukiman berkelanjutan.
Berbagai program strategis seperti Program Satu Juta Rumah, FLPP, dan Bantuan Uang Muka telah digulirkan. Namun, realisasi di lapangan masih jauh dari kebutuhan aktual. Tantangan birokrasi, keterbatasan anggaran, dan model pembiayaan konvensional yang tidak inklusif menjadi penghalang utama.
Koperasi Perumahan: Solusi Inklusif dan Berkelanjutan
Apa Itu Koperasi Perumahan?
Koperasi perumahan adalah organisasi kolektif yang dibentuk oleh dan untuk anggota, dengan tujuan menyediakan hunian layak melalui kepemilikan bersama, tata kelola demokratis, dan semangat gotong royong. Model ini menekankan:
- Akses kolektif terhadap lahan dan pembiayaan
- Partisipasi aktif anggota dalam perencanaan dan pengelolaan
- Perlindungan dari spekulasi harga dan penggusuran
- Penguatan solidaritas dan modal sosial komunitas
Koperasi dan SDGs: Membangun Masa Depan Tanpa Meninggalkan Siapa Pun
Pembangunan rumah berbasis koperasi sangat selaras dengan agenda SDGs:
- SDG 1 (Tanpa Kemiskinan): Rumah layak memperkuat fondasi ekonomi keluarga miskin.
- SDG 3 (Kesehatan yang Baik): Hunian sehat berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental.
- SDG 5 (Kesetaraan Gender): Kepemilikan bersama memperkuat hak perempuan atas hunian.
- SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi): Koperasi memudahkan penyediaan fasilitas dasar secara kolektif.
- SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau): Mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan.
- SDG 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan): Mewujudkan permukiman inklusif dan tangguh.
Mengapa Koperasi Penting di Pelosok Negeri?
- Mengatasi kesenjangan kota-desa dalam akses hunian layak.
- Meningkatkan inklusi keuangan dan sosial bagi kelompok rentan dan pekerja informal.
- Mendorong pembangunan ekonomi lokal lewat penciptaan lapangan kerja dan penguatan ekonomi komunitas.
- Memperkuat ketahanan sosial menghadapi bencana dan krisis.
Belajar dari Dunia: Praktik Terbaik Koperasi Perumahan
Eropa: Hunian Berkualitas, Harga Terjangkau
Negara-negara seperti Denmark, Jerman, Austria, dan Swiss sudah lama mengandalkan koperasi perumahan dengan model limited-equity, di mana anggota punya hak pakai, bukan hak jual bebas, sehingga harga tetap stabil dan terjangkau. Di Wina, lebih dari setengah penduduk tinggal di rumah koperasi yang didukung subsidi dan lahan publik.
Amerika Utara: Community Land Trust dan Urban Co-ops
Model Community Land Trust (CLT) di AS dan Kanada memisahkan kepemilikan lahan dan bangunan, menjaga keterjangkauan jangka panjang dan melindungi komunitas dari penggusuran akibat gentrifikasi.
Amerika Latin: Gotong Royong dan Kemitraan Publik
Di Uruguay dan Brasil, koperasi perumahan berkembang lewat skema mutirão (gotong royong) dan kemitraan dengan pemerintah lokal, terbukti meningkatkan keterjangkauan dan kualitas hidup komunitas.
Asia: Inovasi di Tengah Keterbatasan
India, Pakistan, Jepang, dan Korea Selatan mendorong koperasi perumahan untuk mengatasi krisis hunian di kota besar, dengan dukungan regulasi, subsidi, dan inovasi desain.
Tantangan dan Peluang di Indonesia
Tantangan
- Akses lahan dan harga tanah yang tinggi di kawasan strategis.
- Fragmentasi regulasi antara pusat dan daerah.
- Akses pembiayaan dari lembaga keuangan formal masih minim, terutama bagi koperasi di pelosok dan MBR.
- Kapasitas kelembagaan koperasi dan literasi anggota masih perlu ditingkatkan.
Peluang
- Dukungan kebijakan: Program tiga juta rumah membuka peluang besar bagi koperasi sebagai mitra strategis pemerintah.
- Inovasi pembiayaan: Skema hybrid antara modal anggota, hibah, dan pembiayaan komersial (LPDB, bank syariah, CSR) memperkuat daya saing koperasi.
- Digitalisasi: Platform digital untuk manajemen koperasi dan pemasaran meningkatkan efisiensi dan transparansi.
- Kolaborasi lintas sektor: Kemitraan dengan pemerintah daerah, BUMN, swasta, dan donor mempercepat replikasi model koperasi di seluruh pelosok negeri.
Rekomendasi Strategis
- Penguatan regulasi dan advokasi hukum: Regulasi khusus koperasi perumahan yang jelas dan harmonis antara pusat-daerah.
- Inovasi pembiayaan: Produk keuangan khusus koperasi, seperti KPR kolektif, dana bergulir, dan pembiayaan syariah.
- Penguatan kapasitas kelembagaan: Pelatihan, literasi keuangan, dan tata kelola demokratis bagi pengurus dan anggota koperasi.
- Kolaborasi lintas sektor dan sinkronisasi program: Integrasi program koperasi dengan prioritas pembangunan nasional dan agenda SDGs.
Penutup: Saatnya Koperasi Perumahan Menjadi Pilar Indonesia Emas
Pembangunan rumah layak huni berbasis koperasi bukan sekadar solusi teknis, tapi juga gerakan sosial untuk mewujudkan keadilan, inklusi, dan masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan dukungan kebijakan progresif, inovasi pembiayaan, dan kolaborasi lintas sektor, koperasi perumahan bisa menjadi pilar utama menuju Indonesia Emas 2045 negara maju, inklusif, dan berkeadilan sosial.
0 Comments