Prof. Dr. Ahmad Subagyo: Membatik Harmoni Ekonomi Syariah di Pekalongan

Pekalongan, 6 Juli 2025 – Dalam balutan semangat batik, warisan budaya Pekalongan yang mendunia, Prof. Dr. Ahmad Subagyo, Ketua Dewan Pakar MES Pekalongan, tampil sebagai “pembatik utama” dalam Seminar Nasional bertajuk “Ekonomi dan Keuangan Syariah di Tengah Sistem Perekonomian Nasional”. Acara yang juga menjadi momen pelantikan H. Andy Arslan Djunaid sebagai Ketua Umum MES Pekalongan ini, diadakan di Gedung Kantor Walikota Pekalongan, dan menghadirkan narasumber nasional: Kamaruddin Batubara (Presdir KSPPS Benteng Mikro Indonesia), Iggi H Achsien (Sekjen MES Pusat), dan Noviyanto Utomo (Kepala OJK Wilayah Tegal).
Membatik Gagasan: Prof. Ahmad Subagyo sebagai Moderator
Layaknya seorang pengrajin batik yang telaten, Prof. Ahmad Subagyo mengawali seminar dengan membentangkan “kain putih” diskusi menyediakan ruang bagi setiap narasumber untuk menorehkan motif pemikiran mereka. Dengan canting pertanyaan yang tajam, beliau menitikkan malam pada tiga motif utama: kunci sukses BMI, posisi koperasi dalam sistem keuangan nasional, dan peran MES dalam literasi keuangan syariah.

Motif Pertama: Kunci Sukses BMI Batik Gotong Royong dan Inovasi
Kamaruddin Batubara memaparkan bahwa BMI Group, seperti sehelai kain batik yang indah, terbentuk dari pola gotong royong dan inovasi yang konsisten. Setiap anggota koperasi adalah “pembatik” yang berperan aktif mulai dari menyiapkan bahan, merancang motif, hingga mewarnai dan merawat hasil akhir. Model bisnis syariah BMI menekankan:
- Gotong royong sebagai motif utama: Partisipasi aktif anggota dalam modal, penggunaan layanan, hingga pengawasan koperasi.
- Inovasi digital sebagai pewarna: BMI Mobile dan layanan digital lain memudahkan transaksi, seperti halnya pewarna batik modern yang memperkaya ragam warna dan mempercepat proses produksi.
- Transparansi dan akuntabilitas: Setiap proses tercatat rapi, seperti motif batik yang teratur dan simetris, menjamin kepercayaan anggota dan publik.
- Pemberdayaan sosial: Program hibah rumah, sanitasi, ambulans gratis, dan beasiswa adalah ornamen sosial yang memperindah “batik” BMI, memperkuat loyalitas anggota dan citra koperasi.
Motif Kedua: Koperasi sebagai Kain Dasar Sistem Keuangan Nasional
Noviyanto Utomo dari OJK menggambarkan koperasi syariah sebagai “kain mori” dasar bagi motif ekonomi nasional yang inklusif. Koperasi menjangkau masyarakat yang belum tersentuh layanan keuangan konvensional, menjadi fondasi bagi UMKM dan ekonomi halal. Dalam ekosistem keuangan nasional:
- Koperasi syariah sebagai motif utama inklusi: Menyediakan produk seperti mudharabah dan musyarakah, mendukung UMKM layaknya motif-motif batik yang memperkuat karakter kain.
- Pertumbuhan aset dan pembiayaan syariah: Aset perbankan syariah nasional mencapai Rp949,56 triliun, dengan pertumbuhan pembiayaan 9,17% (yoy), dan koperasi syariah menjadi bagian penting dari pertumbuhan tersebut.
- Tantangan literasi dan inklusi: Gap antara literasi (76,19%) dan inklusi (49,68%) keuangan syariah masih lebar, seperti motif batik yang belum sepenuhnya memenuhi bidang kain, menuntut kolaborasi lebih erat antara pelaku industri, regulator, dan masyarakat.
Motif Ketiga: MES sebagai Pembatik Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah
Iggi H Achsien menegaskan, MES berperan seperti “pengrajin batik” yang tekun menularkan keahlian dan memperluas motif ke seluruh Pekalongan Raya. MES menjadi jembatan antara pengetahuan dan praktik ekonomi syariah:
- Edukasi dan literasi: Program roadshow, pelatihan, dan pendampingan MES menjangkau lebih dari 6 juta peserta edukasi, laksana motif batik yang tersebar di berbagai daerah.
- Sinergi dan inovasi: Kolaborasi lintas sektor, seperti GERAK Syariah dan EPIKS, memperluas akses keuangan syariah dan memperkuat ekosistem halal, sebagaimana motif-motif baru yang terus diciptakan dalam industri batik.
- Pemberdayaan UMKM: MES mendampingi pelaku usaha dalam sertifikasi halal dan pengembangan produk, meningkatkan daya saing layaknya batik Pekalongan yang mendunia karena inovasi dan kualitasnya.
Menyulam Masa Depan: Harmoni Batik Ekonomi Syariah
Seminar ini, di bawah kemoderatoran Prof. Ahmad Subagyo, menjadi proses membatik gagasan dan kolaborasi. Pelantikan H. Andy Arslan Djunaid sebagai Ketua Umum MES Pekalongan diibaratkan seperti penunjukan kepala pengrajin baru, yang siap membawa “kain ekonomi syariah” Pekalongan menjadi karya agung yang membanggakan, penuh warna inovasi, inklusi, dan keberlanjutan.
Prof. Ahmad Subagyo menutup acara dengan filosofi batik: “Setiap motif adalah hasil kerja bersama, setiap warna adalah kontribusi setiap insan. Semoga ekonomi syariah Pekalongan menjadi batik unggulan di panggung nasional.”
0 Comments