Rembug Koperasi Merah Putih: Menyulam Soliditas Gerakan Koperasi Kelurahan di Rumah Koperasi Pekalongan

Pekalongan, 21 Juli 2025 — Di tengah perayaan Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) ke-78 yang sarat refleksi dan semangat kolektif, sebuah peristiwa penting terjadi di jantung gerakan koperasi lokal Kota Pekalongan: Rembug Koperasi Merah Putih yang menghimpun 27 pengurus Koperasi Kelurahan Merah Putih (KKMP) se-Kota Pekalongan. Ruang pertemuan digelar di Rumah Koperasi, Kota Pekalongan. Hari itu menjadi arena silaturahmi, arena peneguhan semangat, sekaligus bengkel bersama untuk menata ulang langkah dan cita-cita koperasi rakyat berbasis kelurahan.
Dalam suasana yang hangat dan penuh semangat kebersamaan, para pengurus datang dengan wajah-wajah penuh harapan. Layaknya potongan kain merah putih yang hendak dijahit utuh menjadi satu bendera besar, tiap KKMP membawa warna, keunikan, dan cerita perjuangan masing-masing. Tapi yang mereka cari hari itu bukan tempat pamer, melainkan tempat rembug tempat untuk saling bicara, saling dengar, dan saling dukung.
Agenda utama dari rembug adalah sederhana tapi mendalam: berbagi kesiapan dan menyatukan langkah untuk menghadirkan koperasi yang benar-benar hidup di tiap kelurahan. Bukan koperasi yang hanya tertulis di papan nama atau akta notaris, melainkan koperasi yang bergerak, melayani, dan berdaya guna sebagai alat penggerak ekonomi rakyat di akar rumput.
Tiga B dari Prof. Subagyo: Bersama Berjaga, Bersama Berbagi, Bersama Belajar
Sorotan utama dalam rembug ini hadir saat Prof. Dr. Ahmad Subagyo, guru besar ekonomi koperasi dan Wakil Rektor III Universitas Koperasi Indonesia (Ikopin University), diberi kesempatan berbicara. Dalam nada mengalir dan penuh kedalaman, beliau merumuskan tiga gagasan kunci yang kemudian dikenal sebagai 3B: Bersama Berjaga, Bersama Berbagi, dan Bersama Belajar.
“Bersama Berjaga, maknanya jangan sampai di antara kita ada yang harus menghadapi persoalan hukum, apalagi masuk penjara, hanya karena ketidaktahuan atau kekeliruan dalam mengelola aset koperasi,” ujar Prof. Subagyo. Ia mengibaratkan koperasi seperti rumah warisan keluarga. Semua pengurus adalah penjaganya. Rumah itu akan tetap kokoh jika semua menjaga genteng, jendela, dan dindingnya. Tapi jika satu tak peduli, kebocoran kecil bisa menjelma bencana besar.
Lalu beliau melanjutkan, “Bersama Berbagi. Jangan pelit berbagi informasi, pengalaman, atau peluang hanya karena takut koperasi tetangga lebih maju. Semakin banyak yang kuat, semakin besar pula gerakan ini memberi dampak. Bukankah cahaya lilin tak pernah berkurang hanya karena menyalakan lilin lain?”
Dan yang ketiga, Bersama Belajar. Ini adalah pesan yang paling ditekankan. Dalam dunia yang terus berubah, koperasi yang tidak belajar akan tertinggal. Beliau mengajak seluruh pengurus, termasuk pengawas, untuk tidak pernah berhenti meng-upgrade diri. Belajar soal hukum koperasi, tata kelola keuangan, penggunaan digital, pasar, hingga cara membangun usaha yang sehat dan berkelanjutan. “Karena koperasi bukan sekadar modal dan laba, tapi juga tentang karakter,” tegasnya.

Gagasan Tematik Kelembagaan: Keunggulan Lokal, Aset Masa Depan
Menariknya, dalam rembug ini juga mengemuka satu gagasan yang disambut antusias oleh peserta: tiap kelurahan bisa merancang usaha tematik koperasi sesuai keunggulan kawasan mereka. Prof. Subagyo menyarankan, bila perlu, tiap koperasi kelurahan memiliki DNA usaha sendiri.
Misalnya, di kelurahan yang kuat di batik, mengembangkan koperasi produksi dan pemasaran. Di kelurahan nelayan, mengembangkan koperasi pangan laut dan industri turunan. Di kawasan kampung santri, membangun koperasi pendidikan dan toko kitab. Masing-masing menjadi simpul ekonomi dengan model yang bisa saling ditulari dan direplikasi, tapi tetap khas.
Forkom KKMP: Menenun Jembatan Kolaborasi
Untuk memperkuat keberlanjutan komunikasi dan sinergi antar-27 koperasi kelurahan ini, maka lahirlah gagasan pembentukan Forum Komunikasi Koperasi Merah Putih Kota Pekalongan (Forkom KMP). Forum ini digagas bukan hanya sebagai tempat koordinasi, tapi juga ruang belajar bersama, ruang advokasi kebijakan, dan simpul inovasi bersama yang menghubungkan dinas, masyarakat, dan kelembagaan strategis.
Forum ini lebih dari sekadar grup WhatsApp; ia adalah perpanjangan tangan dari semangat kekeluargaan koperasi. Salah satu peserta menyebut, “kalau koperasi itu keluarga, maka forkom ini adalah meja makannya.” Tempat semua duduk, makan bersama, dan berbagi kabar.
Sinergi dengan YAKKIN: Bergandengan Tangan, Bukan Menggurui
Dalam rembug ini hadir juga tim dari Yayasan Kemandirian Perkooperasian Indonesia (YAKKIN) yang selama ini dikenal sebagai mitra strategis dalam pendampingan koperasi akar rumput di banyak daerah. Hadir Mas Nofal, Mas Yoga, Mas Mirwan, dan Mas Arif Kurniawan, yang menyatakan tekad penuh untuk mendampingi KKMP Pekalongan dan sekitarnya.
Yang menarik, mereka tidak datang untuk ‘memberi pelajaran’, tapi untuk bergandengan tangan. “Kami tidak datang sebagai guru, kami datang sebagai saudara perjalanan,” ucap Mas Yoga. Komitmen YAKKIN adalah mengembangkan sistem pendampingan yang menghormati karakter lokal, tidak kaku, dan berbasis kekuatan dari dalam.
Rumah Koperasi sebagai Titik Simpul Kolaborasi
Rembug ini juga mengukuhkan Rumah Koperasi Pekalongan sebagai titik simpul gerakan. Tidak hanya sebagai tempat rapat, tapi sebagai ruang tumbuh: ruang belajar, konsultasi, laboratorium inovasi koperasi, dan ruang pamer produk unggulan koperasi kelurahan.
Layaknya akar-akar pohon yang menjalar ke berbagai sisi tanah tapi memberi hayat pada satu batang, Rumah Koperasi menjadi batang itu tempat semua tersambung dan menyuplai semangat baru. Di tempat itulah, ke depannya, dikembangkan pelatihan berkala, pelayanan terpadu koperasi, hingga forum bulanan antar KKMP.
Rembug Koperasi Merah Putih Pekalongan bukan sekadar forum musyawarah, tetapi ruang bertegur sapa yang menggugah semua pihak untuk kembali menghidupi nilai-nilai dasar koperasi: saling percaya, saling bantu, saling jaga. Di tengah dinamika ekonomi yang kerap menjauhkan rakyat dari kedaulatan, koperasi hadir sebagai pelindung rumah bersama.
Dan hari itu, 27 pengurus KKMP yang hadir seolah tengah menyulam satu bendera: merah keberanian, putih ketulusan. Dari kelurahan-kelurahan, mereka bersatu untuk merawat mimpi bersama: Indonesia yang adil, mandiri, dan bercahaya dari bawah.
0 Comments