Spread the love

Pekalongan Menjadi Panggung Transformasi Ekonomi Syariah dan UMKM

Selama dua hari penuh, 23–24 Agustus 2025, Kota Pekalongan menggelar perhelatan akbar: Festival Ekonomi Syariah (FES) yang sukses memantik semangat inovasi dan kolaborasi para pelaku ekonomi syariah dan UMKM. Lapangan Mataram dan Gedung Pemkot Pekalongan menjadi pusat energi gerakan ekonomi baru. Ribuan pengunjung, pelaku usaha, stakeholder, dan masyarakat hadir memeriahkan rangkaian acara yang meliputi pameran UMKM, seminar, fun run, lomba kreatif, hingga gebyar malam apresiasi bersama Ustadz Maulana.

Salah satu sorotan utama tahun ini adalah KOPDAR UMKM Pekalongan Raya yang dikemas dalam workshop dan bedah buku bertema digital marketing, santripreneurship, serta peluncuran platform marketplace koperasi: Tokoperasi. Tiga narasumber inspiratif hadir langsung: Fahrus Salis (penulis dan praktisi digital), Ustadz Nurochman (penggerak santripreneur), dan Achmad Gardjito (CEO Sinovtech, pencetus marketplace koperasi) dipandu oleh Prof. Dr. Ahmad Subagyo, Ketua Dewan Pakar MES Pekalongan. Antusiasme peserta meroket, tercermin dari pembentukan Forum Komunitas UMKM Pekalongan Raya yang menyatukan pelaku usaha mikro dan kecil berbasis semangat gotong royong, digitalisasi, dan syariah.


Gerakan Besar, Ragam Kegiatan, dan Kolaborasi Multi Stakeholder

FES Pekalongan 2025 tidak sekadar event, melainkan ajang transformasi. Agenda dimulai pagi hari dengan Fun Run dan Gerakan Pangan Murah yang menyediakan 1.000 paket bahan pangan terjangkau di Lapangan Mataram. Pameran UMKM, lomba mewarnai, mendongeng CBP Rupiah bagi siswa SD, hingga Halal Chef Competition menampilkan kreativitas dan keberdayaan masyarakat. Puncak semangat syariah tampak di lomba hadroh antar pesantren, lomba dakwah eksyar, serta talkshow syafa’at bersama Ustadz Maulana sebagai motivator spiritual masyarakat Pekalongan.

Rangkaian seminar mencakup literasi keuangan, strategi pembiayaan mikro, edukasi produk halal, success story UMKM, serta pemeriksaan kesehatan dan donor darah. Semua lapisan masyarakat dilibatkan—UMKM pemula, santripreneur, pelajar, hingga komunitas bisnis syariah lokal. Kegiatan didukung penuh oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Tegal serta Pemerintah Kota Pekalongan—dua institusi strategis yang menjadi pelumas kolaborasi lintas stakeholder, mulai dari edukasi hingga digitalisasi ekonomi kerakyatan.


KOPDAR UMKM Pekalongan Raya: Workshop, Bedah Buku, dan Platform Marketplace Koperasi

1. Inspirasi Digital Marketing oleh Fahrus Salis

Fahrus Salis membuka topik digital marketing: “Tidak ada UMKM yang mampu bertahan tanpa strategi digital di era disruptif.” Ia membedah isi buku “Digital Marketing” secara aplikatif—dari membangun identitas brand, memahami perilaku konsumen era digital, hingga pemanfaatan AI untuk pemasaran, konten, dan visualisasi produk.

Fahrus menyoroti pentingnya konten yang relevan, penggunaan sosial media, strategi storytelling, hingga pentingnya analisa algoritma marketplace. Ia berbagi pengalaman nyata: UMKM bisa sukses bila mau belajar segmentasi pasar, membangun interaksi lewat platform daring (Instagram, Facebook, Tokoperasi), serta konsisten memperbaiki kualitas foto, desain, dan copywriting. AI digunakan sebagai tools untuk mempercepat proses edit foto, video promosi, hingga automasi pesan pelanggan.

Fahrus juga membagikan contoh konten plan mingguan: dari edukasi produk, review pelanggan, diskon periodik, hingga call to action yang tepat untuk target konsumen usia muda dan keluarga menengah di Pekalongan dan Batang. “Brand lokal harus tampil islami, kreatif, dan selalu update keinginan market,” tegas Fahrus—menjadikan pemasaran digital sebagai pondasi utama pertumbuhan usaha di era baru.

2. Spirit Santripreneur oleh Ustadz Nurochman

Ustadz Nurochman menekankan bahwa santri dan pesantren bisa menjadi pionir digitalpreneur. Bedah bukunya “Santripreneur” mengajak pelaku usaha memahami nilai-nilai spiritual, mandiri, dan profesional yang menjadi kekuatan santripreneur. Ia berbagi kisah sukses pesantren dalam membangun bisnis sabun herbal, toko kitab, batik syariah, hingga startup digital yang berbasis komunitas.

Santripreneur berarti berbisnis dengan hati dan adab. Nurochman menggarisbawahi pentingnya pembinaan karakter, kejujuran, sinergi komunitas, serta pemanfaatan teknologi. “Santri itu agen perubahan! Jangan hanya mengandalkan pondok, harus berani digital, network, dan ekspansi usaha. Marketplace syariah seperti Tokoperasi harus dimanfaatkan untuk jual produk unggulan pondok,” pesan Nurochman.

Lebih dari 100 peserta mengaku termotivasi. Mereka aktif bertanya cara membangun tim, membagi tugas sesuai bakat, hingga kiat branding produk khas pesantren agar viral di sosial media. Ustadz Nurochman menegaskan, kolaborasi antar santripreneur dan UMKM lokal sangat krusial untuk membangun ekosistem ekonomi syariah di Pekalongan Raya.

3. Marketplace Koperasi dan Teknologi oleh Achmad Gardjito

Achmad Gardjito, CEO Sinovtech dan arsitek Tokoperasi, membawa sesi workshop pada level yang paling aplikatif: “Platform koperasi digital adalah jawaban dari masalah UMKM lokal—biaya admin tinggi, promosi berbayar yang tidak adil, dan minimnya perlindungan bagi penjual kecil di marketplace konvensional.”

Gardjito memaparkan data nasional: UMKM Indonesia berjumlah sekitar 64,2 juta unit, menyumbang 61% PDB nasional dengan nilai hampir Rp 9.300 triliun, dan menyerap 97% tenaga kerja Indonesia. Namun, tantangan digitalisasi masih besar: Baru sekitar 25,5 juta UMKM yang terdigitalisasi hingga 2024—masih ada sekitar 4,5 juta UMKM yang butuh masuk ekosistem digital. Koperasi aktif di Indonesia mencapai 130.110 unit dengan total 29,8 juta anggota, aset Rp 275 triliun, dan pemanfaatan teknologi digital menjadi prioritas pemerintah dengan anggaran Rp 27 triliun pada 2023 untuk pengembangan UMKM dan koperasi.

Marketplace Tokoperasi hadir sebagai solusi:

  • Tanpa biaya admin untuk penjual—penjual mendapatkan 100% hasil penjualan.
  • Kebijakan transparan dan demokratis—kebijakan, fitur, dan perubahan sistem disusun bersama anggota koperasi dan komunitas UMKM secara musyawarah.
  • Berbasis gotong-royong, sharing benefit—keuntungan dibagi dan digunakan untuk penguatan anggota, bukan hanya profit platform.
  • Peluang akses pasar nasional hingga global—UMKM lokal Pekalongan dapat menjual produknya secara online melalui integrasi logistik, payment gateway, promosi komunitas, dan dukungan edukasi bisnis digital.
  • Fitur pemberdayaan, edukasi, dan pelatihan rutin—Tokoperasi menjadi pusat edukasi dan pembinaan digital marketing bagi anggota koperasi, dengan akses langsung ke tools AI, konten plan, serta inovasi branding digital.

Achmad Gardjito membandingkan dengan marketplace arus utama: “Marketplace konvensional mengenakan biaya admin 2–8,5%, iklan berbayar untuk visibilitas, perubahan kebijakan sepihak, dan penjual kecil sulit bersaing. Tokoperasi menghilangkan semua tekanan ini—semua produk mendapat kesempatan adil, margin keuntungan dijaga, dan seluruh transaksi transparan. UMKM lokal bisa berkembang bersama, bukan bersaing secara individual.”

Peserta workshop merespons dengan diskusi soal strategi naik kelas, model pembiayaan koperasi, sistem rating produk berbasis komunitas, dan fitur negosiasi harga kolektif. Banyak peserta mengaku siap migrasi dari marketplace arus utama ke Tokoperasi, bahkan beberapa koperasi lokal langsung membuat perjanjian pengelolaan toko UMKM bersama.


Momentum Pembentukan Forum Komunitas UMKM Pekalongan Raya

Workshop dan KOPDAR UMKM berbuah manis—lahirnya Forum Komunitas UMKM Pekalongan Raya sebagai wadah strategis sinergi, edukasi, advokasi, dan inkubasi usaha. Forum ini terdiri dari pengusaha batik, makanan, kerajinan, santripreneur, koperasi, hingga startup digital yang berkomitmen memperkuat branding syariah dan digitalisasi usaha.

Melalui forum ini, pelaku UMKM saling berbagi informasi akses permodalan, strategi pemasaran, hingga peluang ekspor produk unggulan batik Pekalongan. Diskusi internal memunculkan program pelatihan rutin digital marketing, konsultasi produk halal, serta penguatan jejaring komunitas UMKM. Pemerintah daerah dan Bank Indonesia mendukung penuh, siap menjadi partner strategis dalam pengembangan forum UMKM serta implementasi Tokoperasi di seluruh Pekalongan Raya.

Forum UMKM ini juga memfasilitasi pendampingan penyusunan konten, desain promosi, pendaftaran hak kekayaan intelektual (HKI), dan kemudahan akses pasar. Dengan platform Tokoperasi, setiap anggota forum memiliki toko online pribadi maupun toko komunitas dengan dukungan digital marketing dari para mentor workshop, narasumber, serta praktisi yang bergabung dalam program edukasi.


Ekosistem Inovasi: Sinergi Digital, Koperasi, dan UMKM Pekalongan

Digitalisasi dan Efisiensi Operasional

Peserta workshop belajar langsung dari presentasi Fahrus Salis: “Ekosistem digital berubah cepat—UMKM harus punya ritual digital: bangun pagi, cek online, update produk, kirim pesan promosi, hingga analisis statistik penjualan.” Social media, marketplace, dan platform koperasi harus digunakan secara simultan. Konten plan mingguan bagi pelaku UMKM meliputi edukasi produk, interaksi konsumen, dan penawaran promo harian yang tailored untuk karakter konsumen Pekalongan dan Batang.

Platform Tokoperasi menyediakan fitur AI image enhancer, video marketing, template promosi, hingga tools analisa audiens. Dengan bantuan tim mentor, UMKM bisa melakukan branding, menentukan target market spesifik, dan membangun kebiasaan digital yang efektif—mulai dari desain visual hingga strategi launching produk baru.

Koperasi Digital, Marketplace Adil, dan Perubahan Paradigma Bisnis

Presentasi Achmad Gardjito menekankan visi Tokoperasi sebagai platform yang bukan sekadar marketplace, melainkan pusat edukasi, sharing benefit, dan advokasi UMKM kecil. “Di Tokoperasi, setiap kebijakan ditentukan bersama anggota koperasi—tidak ada permainan sponsor, tidak ada perubahan algoritma sepihak. Semua margin keuntungan dibagi ke komunitas, bukan ke platform saja.”

Sistem sharing benefit meliputi pendapatan fee penjualan, jasa aplikasi, jasa pengantaran, hingga dukungan payment gateway. Margin keuntungan sehat, biaya operasional rendah, dan pola promosi komunitas diadopsi untuk mendorong pertumbuhan UMKM bersama.

Konsep gotong-royong, advokasi, dan digitalisasi menjadi satu kesatuan. UMKM diajak migrasi dari gaya “jualan tunggal” ke model “kerjasama komunitas”, sehingga visibilitas produk meningkat, biaya promosi efisien, dan peluang branding lebih besar.

Spirit Santripreneur: Kolaborasi Berbasis Adab dan Nilai Syariah

Forum dialog antar peserta workshop menyoroti peran santri dan pesantren sebagai penggerak utama gerakan ekonomi syariah. Ustadz Nurochman menegaskan bahwa santri memiliki modal besar: kreativitas, ketekunan, serta jaringan spiritual yang kuat. Dengan digitalisasi, bisnis pesantren—mulai dari produk herbal, pakaian muslim, hingga jasa pendidikan tersedia secara online dan bisa dipasarkan ke seluruh Indonesia melalui Tokoperasi.

Peserta workshop menyusun rencana pengembangan usaha pesantren, pembagian tugas tim, hingga sinergi dengan UMKM lokal dalam promosi event keagamaan, halal food, dan produk unggulan batik Pekalongan. Workshop menjadi ajang brainstorming strategi sinergi antara pesantren, koperasi, dan komunitas UMKM untuk mengisi pangsa pasar niche, baik lokal pekalongan maupun nasional.

Data, Insight, dan Peluang Marketplace Koperasi di Era Digital

Achmad Gardjito memaparkan sejumlah insight penting:

  • Pertumbuhan e-commerce nasional diperkirakan mencapai Rp 1.700 triliun pada tahun 2025. Ini peluang besar bagi UMKM dan koperasi untuk mengambil porsi pasar nasional dan internasional secara optimal.
  • Tantangan utama UMKM di marketplace arus utama antara lain biaya admin tinggi, promosi berbayar, margin yang dipotong, serta perubahan aturan sepihak yang merugikan penjual kecil.
  • Tokoperasi menawarkan penjual menerima 100% hasil penjualan, adil, transparan, dan berorientasi pertumbuhan kesejahteraan anggota koperasi. Sistem rating dan review produk berbasis komunitas menjadi alat promosi gratis dan kredibel. Semua anggota koperasi dapat melakukan negosiasi, diskusi, dan musyawarah untuk menentukan program promosi, desain produk, serta strategi ekspor bersama.

Testimoni, Semangat, dan Rencana Tindak Lanjut

“Workshop digital marketing dan forum UMKM ini luar biasa! Saya belajar strategi baru, dapat motivasi, dan kini siap jualan di Tokoperasi. Saya yakin produk batik saya bisa go nasional,” ujar peserta workshop dari Pekalongan.

Peserta lain menambahkan, “Platform Tokoperasi sangat adil—tidak ada potongan admin, promosinya berbasis komunitas, dan saya sekarang punya mentor bisnis digital. Semua anggota forum bisa saling bantu, tidak ada saingan gemuk-tambun seperti di marketplace arus utama.”

Panitia dan moderator workshop, Prof. Dr. Ahmad Subagyo, menyimpulkan bahwa FES Pekalongan Raya tahun ini menjadi tonggak lahirnya ekosistem bisnis UMKM dan koperasi berbasis nilai syariah dan digital yang mengakar kuat di masyarakat.

Forum UMKM Pekalongan Raya langsung menyusun rencana tindak lanjut:

  • Pelatihan digital marketing rutin bersama mentor
  • Integrasi produk ke platform Tokoperasi
  • Edukasi branding, sertifikasi halal, dan pendaftaran HKI
  • Program market visit dan promosi produk unggulan Pekalongan ke pasar nasional
  • Advokasi kebijakan ekonomi digital ke pemerintah daerah dan BI untuk memperkuat sistem koperasi modern.

Apresiasi dan Penutup Festival

Malam apresiasi di FES berlangsung meriah, diisi talkshow syafa’at bersama Ustadz Maulana, penampilan seni, pengumuman pemenang lomba, ragam doorprize dan hadiah utama. Para pengurus MES, BI, Pemkot, dan stakeholder UMKM sama-sama berkomitmen menjadikan Pekalongan sebagai barometer ekonomi syariah dan UMKM berbasis digital di Indonesia. Apresiasi tinggi diberikan kepada seluruh panitia dan crew yang bekerja keras mewujudkan event FES syariah sebagai legacy kebaikan dan amal jariyah ekonomi kerakyatan.


Kesimpulan: FES Pekalongan, Gudang Inovasi dan Pusat Ekonomi Syariah Lokal

Festival Ekonomi Syariah Pekalongan 2025 memadukan inovasi digital, spirit santripreneur, dan platform koperasi marketplace sebagai fondasi kebangkitan UMKM Pekalongan Raya. Rangkaian workshop, bedah buku, forum komunitas, dan peluncuran Tokoperasi menjadi momentum perubahan: UMKM tak lagi bergerak sendiri, melainkan dalam komunitas kuat, digital, dan berbasis syariah.

Kolaborasi lintas stakeholder (MES, BI, Pemkot, Sinovtech, seluruh pengurus koperasi dan komunitas digital) membawa harapan baru: Pekalongan bukan hanya sentra batik dan pesantren, tapi juga pionir ekosistem ekonomi syariah dan digital nasional. Platform Tokoperasi didesain adil, transparan, dan mengutamakan kesejahteraan anggota koperasi serta pengembangan potensi produk lokal.

Semoga semangat FES 2025 menginspirasi UMKM di seluruh Indonesia untuk terus berinovasi, menguatkan jaringan, dan membangun peradaban ekonomi syariah yang berkelanjutan dan rahmatan lil ‘alamin.

Categories: Berita

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *